Rabu, 15 April 2015

Pointe Shoe part.1


Pada pertunjukan ballet, kita sering sekali melihat para penari wanita yang dengan ringannya menari diatas ujung kaki mereka. Namun mereka sebenarnya tidak benar-benar menari dengan hanya menggunakan ujung kaki mereka sendiri, tetapi mereka dapat melakukannya itu dengan bantuan sepatu khusus yang dibuat untuk penari ballet wanita yaitu yang biasa disebut dengan 'Pointe Shoe'.

Pointe shoe adalah sepatu khusus penari ballet wanita dengan ujung yang keras, yang biasa dibuat dari berlapis lapis kertas dan bahan kain yang di rekatkan dengan lem yang dimana ketika lem tersebut kering, membuat lapisan bahan kain dan kertas tersebut menjadi keras, sehingga penari dapat berdiri dengan ujung kakinya dan memakainya dengan bantuan pita yang terekat dengan jahitan di sepatu dan di lilitkan dan diikat di pergelangan kaki si penari.

Pada bahasan sebelumnya, kita sudah membahas mengenai pengaruh tarian ballet kedalam tarian gereja. Hal ini juga memicu beberapa kalangan gereja untuk menggunakan pointe shoe kepada penari-penari mereka. Namun sayangnya, beberapa dari mereka menerapkan penggunaan pointe shoe kepada penari mereka dengan mengesampingkan beberapa hal yang sangat penting dalam penggunaan pointe shoe. Berikut kita akan membahas hal-hal penting apa saja yang perlu kita ketahui dalam penggunaan pointe shoe yang benar.

Bagan Pointe Shoe

Dari beberapa bagan pointe shoe, yang akan kita bahas hanya dua bagian yaitu:

- Box
- Shank (leher sepatu/dasar bagian bawah sepatu)
- Ribbons (pita pengikat)


BOX



Box, adalah bagian dari pointe shoe yang terbuat dari beberapa lapisan kain dan kertas yang direkatkan satu dengan yang lainnya menggunakan lem, yang dimana lem tersebut mengeras setelah proses perekatan kain dan kertas tersebut. Bagian box ini adalah bagian yang menutupi sebagian besar bagian depan dari kaki penari. Bagian ini lah yang memberikan 'support' kepada jari-jari kaki penari untuk dapat menari di ujung jari-jari kaki. Dibagian box ini ada bagian yang rata yang disebut 'platform' atau bagian yang bersentuhan langsung dengan lantai ketika penari sedang berdiri ujung jari kakinya.

Kesalahan yang sering dilakukan pada penari-penari gereja yang belum terlatih benar untuk berdiri diatas pointe shoe adalah dengan tidak berdiri penuh pada posisi dimana platform pointe shoe menyentuh lantai seluruhnya.






SHANK (leher sepatu/dasar bagian bawah sepatu)



Shank, atau leher sepatu, atau bagian bawah dari pointe shoe adalah bagian yang memberikan 'support' kepada lengkungan telapak kaki ketika si penari berdiri pada ujung kakinya. Bagian ini adalah bagian yang keras, dikarenakan bagian ini terbuat juga dari lapisan beberapa material yang direkatkan menjadi satu dengan lem. Namun dikarenakan bagian yang harusnya memberikan support kepada lengkungan telapak kaki ini sangat keras, maka sudah menjadi tradisi untuk pada penari untuk sedikit membengkokkan bagian dari pointe shoe ini agar lebih mengikuti bentuk kaki si penari ketika ia sedang berdiri di atas ujung jari kakinya. Praktek ini lazim dilakukan untuk pointe shoe baru sebelum dipakai untuk menari. Bahkan untuk beberapa penari yang sudah sangat kuat kakinya, bagian ini justru di patahkan agar si penari tersebut dapat melengkungkan kakinya dalam keadaan full. Namun di beberapa produk pointe shoe, bagian ini ada yang sudah dengan sendirinya melengkung sehingga sudah tidak perlu lagi di bengkokkan.

Membengkokkan atau mematahkan bagian dari pointe shoe ini ada beberapa macam cara. Namun semua itu tergantung dari bentuk kaki si penari masing-masing. Karena semuanya itu kembali lagi untuk menyesuaikan kenyamanan di kaki penari itu sendiri. Namun yang lebih sering di praktekan adalah membengkokkannya agak sedikit mundur dari jahitan sambungan sepatu ballet yang menyambungkan bagian depan dan belakang pointe shoe.

Selain membengkokkan bagian tengah dari bagian pointe shoe, bagian yang agak sedikit kedepan dari bagian ini, terutama bagian persendian jari kaki, atau bagian yang tertekuk ketika kaki dalam keadaan demi pointe juga adalah bagian yang sering di bengkokkan oleh penari. Ini dikarenakan si penari diharuskan tetap bisa memposisikan kakinya dalam posisi demi pointe dengan menggunakan pointe shoe.

 'Demi Pointe' possition

Ribbons (pita pengikat)



Bagian ini adalah bagian yang paling menarik dari pointe shoe untuk para penari wanita, dikarenakan membuat kaki terkesan menjadi manis dan cantik ketika dililitkan pita tersebut. Namun sebenarnya fungsi dari pita ini adalah untuk membuat pointe shoe tetap dalam posisinya. 

Pada umumnya, para produsen pembuat pointe shoe tidak membuat pointe shoe langung dengan keadaan pita sudah terjahit pada pointe shoe. Ini dikarenakan postur kaki penari rata-rata tidak sama, sehingga akan lebih nyaman untuk si penari yang hendak memakai pointe shoe itu sendiri yang menjahitkan pita tersebut ke sepatu, sesuai dengan bentuk kaki mereka atau kenyamanan mereka masing-masing.

Cara melilitkan pita pointe shoe ini ke kaki si penari pun memiliki cara tersendiri. Lazimnya, melilitkan pita pointe shoe selalu dimulai dari satu bagian pita, yaitu bagian dalam kaki, dililitkan menyilang dari kiri ke kanan atau kanan kekiri lalu di lilitkan di pergelangan kaki, lalu disusul dengan bagian pita  yang di luar kaki, dililitkan menyilang berlawanan dengan pita yang sudah terlilit sebelulmnya, lalu di lilitkan di pergelangan kaki dengan arah berlawanan dengan pita yang sebelumnya. Lalu kedua pita di pertemukan di bagian dalam kaki,dan di simpulkan tepat di atas mata kaki bagian dalam, dan lalu simpul tersebut di sembunyikan kedalam lilitan pita yang terlilit di pergelangan mata kaki sehingga terlihat rapih.



Kesalahan yang paling sering dilakukan oleh para penari gereja yang belum berpengalaman dalam menggunakan pointe shoe adalah, membentuk simpulan manis dan membiarkannya terlihat diluar. Ini dikarenakan mereka tidak mendapatkan keterangan yang benar mengenai pita pointe shoe dan mengira bahwa pita ini adalah asesoris cantik untuk mempercantik kaki. Padahal dalam dunia tari ballet, kerapihan adalah yang utama dalam berpenampilan, termasuk kerapihan pita, ataupun tali yang terlihat mencuat keluar. Hal ini pernah kita bahas pada artikel yang berjudul: Menjadi Penari yang 'Profesional' part.2

 Penerapan pita pointe shoe yang salah



Penerapan 'Pointe Shoe' dalam menari ballet



Pointe shoe adalah sepatu khusus untuk para penari ballet wanita yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam tingkatan pembelajaran tari ballet. Ini di karenakan untuk menari dengan menggunakan pointe shoe, diperlukan latihan yang memakan waktu tahunan untuk bisa mencapai persyaratan bisa atau tidaknya si penari memakainya untuk menari. Hal ini ditentukan oleh sang guru yang mengawas. Sangat tidak disarankan untuk menggunakan pointe shoe untuk menari apabila tidak di awasi oleh guru yang sudah punya pengalaman, karena tingkat cidera dari akibat memakai pointe shoe ini cukup serius, dan bisa mengancam masa depan si penari di dalam dunia tari.

Umumnya, pointe shoe di perkenalkan kepada murid tari ballet ketika ia memasuki tingkat intermediate atau tingkat advance, atau ketika si murid ballet tersebut mulai memasuki usia remaja ( 11 - 13 thn). Pada sistem pratronisasi tehnik ballet yang dikeluarkan oleh 'Royal Academy of Dance' (RAD) pointe shoe mulai diperkenalkan pada grade 4 atau grade 5. Itu pun di beberapa sekolah ballet, sebelum mereka diperbolehkan memakai pointe shoe, mereka akan di perkenalkan terlebih dahulu oleh sepatu 'replika' dari pointe shoe yang biasa disebut dengan 'soft shoe', yaitu sepatu yang bentuknya mirip seperti pointe shoe (yang juga cara memakainya dengan menggunakan pita) hanya bedanya untuk 'soft shoe' ujung sepatunya tidak bisa dipergunakan untuk berdiri dengan ujung jari kaki karena box dari sepatu 'soft shoe' ini tidak terlalu keras seperti point shoe. Ada juga beberapa sekolah ballet yang menerapkan sistem pemberian pita pada sepatu ballet yang biasa dipakai, di jahit dengan lokasi sama seperti biasanya pita di jahit di sepatu ballet, untuk memberikan support pada pergelangan kaki penari untuk gerakan yang membutuhkan banyak kekuatan pergelangan kaki.


Untuk seorang penari ballet memakai pointe shoe, ia diharuskan memiliki kekuatan pergelangan kaki yang kuat, jari-jari kaki yang kuat, dan juga lutut yang kuat dan kencang. Hal ini hanya dapat diraih dengan latihan rutin ber bulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan di awali dengan latihan di bar (barre practice). Setelah melatih kekuatan pergelangan kaki, jari-jari kaki dan lututnya di bar, maka si penari juga harus belajar melatih untuk berdiri di ujung pointe shoe di tengah ruangan (center practice) yaitu diawali dengan hal yang kecil terlebih dahulu seperti berjalan keliling ruangan. Hal ini juga untuk melatih si penari menjaga keseimbangan (balance). Apabila guru yang mengawasi melihat si penari sudah cukup kuat kakinya, barulah ia akan mengizinkan muridnya untuk pelan-pelan menggunakan tehnik tari dengan menggunakan pointe shoe.


-Rivera Monarie-

Kamis, 09 April 2015

Pendidikan Tari Ballet Pada Anak




Pada artikel sebelumnya, kita sudah membahas bahwa tari ballet cukup mempunyai pengaruh besar pada perkembangan tarian gereja. Tak hanya pada orang dewasa, sekarang ini cukup banyak gereja - gereja yang melibatkan anak-anak dalam pelayanan tari dan juga menggunakan tehnik-tehnik dasar ballet dalam koreografi.

Namun sayangnya, seperti juga yang pernah kita bahas dalam artikel sebelumnya, dalam hal ini juga banyak ditemukan sistem atau tehnik pengajaran yang salah. Perlu kita pahami bahwa anak diibaratkan seperti sehelai kertas putih. Apabila ada setitik saja noda tinta, atau noda apapun, walaupun kecil, noda itu akan tetap terlihat jelas dan akan terus berada disitu. Mungkin akan gampang untuk menghapusnya, namun bisa juga sulit untuk membuatnya benar-benar hilang. Itulah sebabnya, perlu kita benar-benar memberikan perhatian extra dalam hal yang berhubungan dengan anak-anak.


Pengenalan Ballet Pada Usia Dini




Umumnya, tari ballet akan lebih baik diperkenalkan kepada anak pada usia dini. Untuk tolak ukur umur yang biasa dipakai sebagai penentuan kapan seorang anak dapat mulai belajar tari ballet adalah di usia 4 sampai 4,5 tahun. Ini dikarenakan karena pada usia ini, otak si anak sudah dapat berkonsentrasi dan mulai bisa mengkoordinasikan gerakan tubuhnya dan belajar menyelaraskannya ke musik.

Pada usia ini pun, pembelajaran tehnik ballet masih sangat minim. Dikelas, mereka hanya baru belajar melatih otot-otot motoriknya, seperti melompat, melancipkan kaki dan me-releks kan ujung kaki (flex point), berlari, berjinjit, bertepuk tangan, flexibility seperti split atau buka kaki ke samping, dan lebih banyak pengenalan akan musik. Ini dilakukan dengan harapan otot anak-anak tersebut di kemudian hari dapat terbiasa melakukan tersebut dalam sebuat koreografi tari. Pada usia ini, anak - anak ini masih belum bisa di harapkan banyak untuk dapat mempertunjukan sebuah tarian koregrafi di sebuah pertunjukan tari atau di kebaktian. Ini dikarenakan memori mereka akan koreografi juga masih belum bisa di andalkan. Andaipun mereka akan tampil menari, mereka akan perlu bantuan guru mereka untuk membimbing mereka karena bisa saja mereka hilang konsentrasi tiba-tiba di atas panggung dan lupa semua gerakan yang sudah di pelajari atau mereka shok dengan kondisi panggung dimana banyak orang melihat yang terkadang bisa membuat mereka menangis ditempat.


Penerapan Tehnik Dasar Ballet



Umur 6 - 8 tahun adalah umur yang cukup pas untuk seorang anak mulai mempelajari dasar-dasar tehnik ballet. Pada umur ini, anak sudah memiliki kemampuan untuk mengontrol penggerakan kaki dan tangan dan sudah mulai familiar dengan ketukan musik. Pada umur ini juga anak sudah dapat dipercayakan untuk menampilkan sebuah tarian koreografi karena anak pada umur ini sudah dapat belajar disiplin dan mandiri.




Pola koreografi untuk sebuah penampilan tarian pada anak umur ini juga harus disesuaikan dengan kemampuan dan umur mereka. Maksudnya, karena mereka masih anak-anak, hendaklah kita mengkoregrafikan tarian untuk mereka dengan tarian yang dapat mereka cerna dan mereka nikmati. Contohnya, kita dapat mencari lagu-lagu yang riang, terlebih lagi apabila lagu tersebut ada liriknya yang dinyanyikan oleh anak-anak juga. Dengan begitu, mereka tidak merasa asing dengan lagu yang mereka tarikan dan mereka bisa menikmati dan mengekspresikan lagu tersebut dengan tariannya. 

Banyak didapati beberapa gereja mengjarakan tarian atau koreografi tarian untuk anak-anak, namun tidak sesuai dengan umur dan kemampuan mereka. Misalkan yang sering didapati dikoreografi tari anak di gereja, gerakan grand battement (tendangan kaki lurus lancip baik ke depan, samping maupun belakang), mengangkat kaki 90' atau menahan kaki di depan, samping atau belakang (develope' devant, a'la second, arabesque), loncat dengan satu kaki dan kaki lainnya di belakang (pose temps leve in arabesque). Memang untuk di sekolah ballet sekuler, beberapa dari murid mereka dengan umur yang sama sudah di ajarkan beberapa tehnik gerakan ballet tersebut. Namun, jarang untuk diimplimentasikan kedalam tarian koregrafi untuk pementasan atau pertunjukan. Gerakan-gerakan ini merupakan gerakan untuk anak dengan usia dan tingkat yang lebih lanjut dan sangat tidak cocok untuk masukan kedalam pola koreografi tarian anak. 

Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengingat gerakan motorik otot di otak atau yang biasa disebut dengan 'muscle memory'. Untuk anak yang belum mampu melakukan gerakan-gerakan yang belum sesuai dengan umurnya atau kemampuan mereka, ditakutkan mereka akan melakukannya dengan tehnik yang salah, dan tehnik yang salah itu lah yang akan terekam di otaknya sampai nanti dia dewasa. Hal ini dapat mempersulit anak tersebut untuk memperbaiki tehniknya karena ototnya sudah terbiasa melakukan tehnik yang salah yang sudah terekam di otaknya. Terlebih lagi apabila si guru yang bersangkutan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam hal mengajar tarian ballet, sehingga kesalahan si murid tidak terdeteksi oleh si guru dan tidak diperbaiki dari awal. Atau, karena memang gurunya juga tidak memiliki pendidikan tari ballet yang cukup, dia sendiri juga tidak tau kalau si murid salah dalam melakukan tehniknya dan tidak tahu cara memperbaiki si murid yang bersangkutan.


Cermin, Bar (Barre) dan Musik




Ketiga elemen ini sangat penting dalam proses pengajaran tehnik ballet kepada anak. Anak atau murid perlu melihat dengan mata kepala sendiri bentuk atau tehnik yang di ajarkan oleh guru. Contohnya, pada saat kita mengajarkan posisi tangan 5th possition pada anak, mereka perlu melihat bentuknya dikaca sehingga mereka bisa mengkoordinasikan otot mereka dan mengingat, otot mana saja yang perlu bekerja untuk dapat membuat posisi tangan 5th possition itu. Apabila tidak ada kaca, si anak bisa jadi tidak sadar kalau tangannya mulai turun karena kelelahan, sehingga posisi tangan 5th possition-nya menjadi kendur dan berubah bentuk dan ia tetap merasa melakukan posisi tangannya dengan benar. Maka posisi tangan yang kendur itu lah yang akan terekan dalam 'muscle memory' nya.

Karena tarian ballet banyak menggunakan tehnik keseimbangan tubuh dengan berdiri dengan satu kaki, maka bar (barre) sangatlah penting dalam proses pengajaran tari ballet terhadap anak. Dengan bar (barre) anak dapat berpegangan dan menjaga keseimbangannya selama ia mempraktekan tehnik ballet. Contohnya, kita mengajarkan anak untuk point ke depan (battement tendu devant). Apabila tanpa bar (barre) si anak tersebut tidak bisa berpegangan, dan karena ia belum terlatih untuk mengontrol posisi tubuhnya dimana panggul nya harus tetap dalam posisi 'square' selama melakukan point ke depan (battement tendu devant), maka ototmatis ia akan menyesuaikan bentuk panggulnya agar tubuhnya tetap seimbang. Hal ini dapat menyebabkan otaknya akan terus merekam posisi panggul nya yang tidak 'square' setiap kali ia melakukan gerakan point ke depan dan akan di perparah apabila tidak ada kaca dimana ia bisa melihat posisi panggulnya sendiri.

Yang terakhir, setelah kita sudah belajar semua tehnik tari ballet baik di bar (barre) maupun melihat kedalam cermin, saatnya murid belajar untuk mengsinkronisasikan tehnik-tehnik tersebut dengan musik. Hal ini agar mempertajam murid dalah bidang 'musicality' nya.


-Rivera Monarie-