Sabtu, 15 Januari 2011

Menjadi Penari yang "Profesional" (profesionalism in dancing part.2) by: Alex S M



Pada artikel sebelumnya, kita telah membahas sedikit mengenai apa saja yang membuat seorang penari menjadi profesional. Berikut kita akan lanjutkan ulasan kita sebelumnya.


Costume and Accesories Management

Kostum beserta assesorisnya adalah salah satu penunjang tarian yang memegang peranan cukup penting. Hal-hal yang perlu diperhatikan seorang penari yang profesional tentang kostumnya adalah sebagai berikut:


Kreatifitas Sebuah Kostum

Banyak model kreasi kostum yang bisa di implementasikan ke dalam kostum tari. Permainan pola dan warna bisa membuat sebuah kostum tari menjadi sebuah kostum yang indah untuk di lihat. Namun perlulah selalu diingat! bahwa kostum tari fungsi utamanya adalah kostum yang digunakan untuk menari. Kreativitas untuk menghiasi sebuah kostum tari memang baik, namun kreatifitas ataupun hiasan untuk sebuah kostum tari yang terlalu berlebihan sangat tidak baik. Karena, sebuah kostum yang terlalu banyak pernak-pernik atau terlalu dihiasi dengan berlebihan bisa menyebabkan si penari yang memakainya menjadi terbatas untuk bergerak. Hal ini dapat menimbulkan terbatasnya kemapuan tarian yang seharusnya bisa di tarikan oleh si penari secara maksimal.

Sebuah kostum seharusnya menjadi penunjang tarian dari si penari yang memakainya, yang membuat tarian tersebut menjadi lebih indah, bukan sebagai suatu keindahan yang hanya mewakili kostum itu sendiri. Berbeda dengan hal nya sebuah peragaan busana atau "Fashion Show". Di sebuah peragaan busana, baju yang dipakai oleh para model yang berjalan diatas "catwalk" itulah yang menjadi pusat perhatian dan sebagai sesuatu maha karya indah untuk dilihat.

Seorang penari yang profesional haruslah bisa menampilkan seluruh gerakan tarian secara maksimal tanpa dihalangi oleh kostum yang di kenakannya.


Adibusana

Seperti yang baru saja kita bahas, bahwa kreatifitas sangat berguna untuk menghias atau membuat suatu kostum. Di dunia mode, ada yang di kenal dengan sebuah kreatifitas untuk membuat suatu gaun dari sebuah bahan kain tanpa menggunakan mesin jahit dan terkadang bisa juga tanpa jahitan ataupun tanpa jahitan permanen. Keahlian tersebut biasa di sebut dengan "Adibusana".

Ada sebuah tendensi dari sebagian tim tari untuk membuat suatu kreasi model kostum dengan mengunakan tehnik "Adibusana" ini. Yaitu dengan mengenakan kostum berbahan kaos kerah bulat atau kerah tinggi dan tangan panjang baik hitam atau putih sebagai kostum dasar, lalu dihiasi dengan lilitan kain yang melilit di sebagian tubuh. Tehnik ini mungkin sangat berguna untuk sebagian orang yang ingin menghasilkan sebuah kreasi kostum baru dengan anggaran yang rendah. Namun sayangnya tidak selalu kreativitas adibusana ini diterapkan dengan benar. Banyak beberapa penari yang menerapkannya pada kostum tari mereka dengan tidak rapih, sehingga membuat kostum tersebut menjadi berantakan dan tidak indah untuk dilihat, membuatnya menjadi terlihat tidak profesional. Terutama apa bila kita menari di depan orang yang terhormat atau acara-acara yang sangat formal.

Ada juga yang membuat kreasi "Adibusana" menjadi sebuah kostum tari yang menarik. Mereka membuatnya menjadi sebuah model kreasi yang kreatif, namun sayangnya kurang selektif dalam memilih model kreasi yang diciptakan. Banyak dari mereka yang membuat model adibusana yang akhirnya lebih terkesan seperti "pakaian dalam wanita" yang dipakai diluar kaos tangan panjang sehingga membuatnya menjadi sedikit "sexy".




Di artikel sebelumnya yang pernah ditayangkan di blog ini mengenai kostum, kita belajar bahwa sebagai penari gereja kita harus menjaga agar kostum tari yang kita kenakan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kekudusan. Ya, rata-rata kita semua sudah mengerti tentang konsep "Jubah Imam", namun sayangnya pengertian itu hanya sebatas di pengertian bahwa kostum yang dikenakan haruslah menutupi tubuh. Benar, bahwa kita mengenakan kaos tangan panjang dengan leher tinggi berwarna hitam atau putih. Namun hal tersebut tidak menutupi kemungkinan terlihat "Sexy" apabila adibusana yang dikenakan setelahnya berbentuk seperti "pakaian dalam wanita". Jadi, yang lebih ditekankan dalam hal ini adalah, bagaimana kreasi kostum tersebut tetap menampilkan image rapih, sopan dan layak.


Foot Management

Kelengkapan asesoris untuk kaki memang tidak banyak. Pada dasarnya, para penari terutama penari gereja sudah menerapkan dasar dari perlengkapan kaki yaitu stoking ballet dan sepatu ballet (ballet slippers) khususnya untuk tarian kontemporer atau ballet kontemporer atau yang biasa lebih dikenal di kalangan penari gereja yaitu "tarian worship/penyembahan". Namun, ada beberapa bahasan yang perlu diperhatikan dalam hal perlengkapan untuk kaki yang amat disayangkan masih belum disadari untuk sebagian kalangan penari. Marilah kita membahas hal-hal tersebut dan mempelajari hal-hal apa saja yang dapat melengkapi kita menjadi seorang penari yang profesional baik dari kepala hingga kaki!


Kualitas

Memang, sebagai perlengkapan kaki yang letaknya dibawah dan jarang sekali terlihat oleh mata terkadang menjadi hal yang dianggap sepele, namun sesungguhnya hal tersebut cukup fatal. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan "a woman are judge by her shoes" dan ungkapan itu memang benar-benar diterapkan di dunia sekuler. Untuk itu, hendaklah sebagai penari yang profesional kita memperhatikan kualitas dari perlengkapan untuk kaki kita seperti stoking/kaos kaki dan sepatu tari yang akan kita pakai. Pastikan stoking/kaos kaki yang kita pakai keadaannya masih baik, tidak bolong dan sepatu ballet atau sepatu tari yang kita kenakan masih bersih, tidak kotor atau bernoda sehingga kesannya tidak rapih.

Ini adalah sebuah hal yang cukup 'crutial' khususnya untuk penari yang menggunakan tehnik tari yang melibatkan kaki diangkat diudara. Pada contoh kecil misalnya di tarian ballet dimana ada salah satu tehnik yang disebut 'develope' yaitu merentangkan dan menahan kaki diudara yang biasanya dilakukan 90' derajat, makan kondisi perlengkapan kaki kita baik stoking dan sepatu ballet yang kita kenakan akan lebih mudah terlihat. Sungguh sangat terkesan tidak profesional apabila kondisi perlengkapan kaki kita tidak layak.


Kerapihan

Untuk seorang penari profesional, kerapihan dari ujung rambut hingga unjung kaki akan menjadi hal yang sangat penting dalam 'performance' nya. Berikut saya akan membagikan sedikit pengalaman saya. Pernah pada suatu saat, saya menyaksikan sebuah lomba tari yang diadakan oleh salah satu sekolah ballet terbesar di Indonesia. Tarian yang dilombakan pada saat itu bervariasi. Dari kontemporer moderen, ballet kontemporer, modern dance, hip-hop, jazz ballet, dsb.

Pada saat sebelum juri mengumumkan pemenangnya, juri membacakan beberapa kriteria dalam penilaian mereka dan salah satunya adalah kerapihan. Dalam penjelasannya, juri tersebut mengungkapkan bahwa ada satu grup yang menurut mereka sangat baik, namun sayang nilai mereka jatuh bidang 'kerapihan' karena tali sepatu mereka berantakan. Saya lalu bisa menebak grup manakah itu karena memang saya dan guru saya yang kebetulan ada disitu sudah menyadari dari awal grup tersebut tampil, dimana tali sepatu mereka tidak beraturan. Penilaian ini memang hal yang banyak dilewatkan oleh kebanyakan juri-juri dalam lomba-lomba tari. Perlu diketahui bahwa biasanya juri-juri yang mengerti tentang hal kerapihan ini adalah juri yang biasanya sudah biasa menyaksikan pertandingan tarian international karena dalam tarian international, hal kerapihan seperti ini tidak bisa di tolerir.

Untuk itu, khususnya penari yang mengunakan sepatu tari dengan tali sebagai penunjangnya, perlu diperhatikan bahwa penempatan atau ikatan tali tersebut haruslah rapih dan tidak berantakan. Pastikan agar tali tersebut tidak terbuka sehingga menjadi berceceran ketika kita menari. Untuk halnya dalam sepatu ballet yang biasa digunakan oleh para penari gereja pada umumnya, ada sebuah tali yang terletak di depan, di lingkaran sepatu. Tali tersebut untuk mengencangkan agar sepatu tersebut tidak tergeser atau terlepas dari telapak kaki. Namun sayangnya banyak para penari yang tidak paham tentang tata krama dalam memakai sepatu tersebut.


Tali yang dimaksud, harusnya dilipat atau disembunyikan kedalam sehingga tidak terlihat dan menimbulkan efek 'kumis lele'. Itulah cara yang benar untuk memakai sepatu ballet. Ada juga beberapa kalangan grup penari yang menambahkan pita untuk dililitkan di pergelangan kaki seperti layaknya ketika memakai sepatu ballet untuk tingkat lanjutan atas atau sepatu yang biasa disebut 'point shoes'. Pada dasarnya, lilitan terakhir dari pita tali sepatu ballet akan dibentuk sebuah simpul untuk mengakhiri lilitan. Namun, simpul tersebut seharusnya di lipat kedalam dan disembunyikan dibalik lilitan pita dengan rapih. Bukan di biarkan dalam bentuk simpul pita pada umumnya agar terkesan 'manis' atau 'cantik'.



Intinya, pastikan perlengkapan untuk kaki kita tetap dijaga kerapihan dan kelayakannya walaupun daerah kaki adalah daerah yang jarang sekali diperhatikan. Sehingga penampilan kita dari kepala sampai kaki menjadi suatu paket tampilan seorang penari yang terlihat profesional.


(to be continue)


-Rivera Monarie-

Tidak ada komentar: