Jumat, 20 Desember 2013

Performance On-line (Wedding Reception of Naomi and Arif, Hotel Sultan 01 December 2013)



Shallom teman-teman,

Berikut kami tampilkan kembali sebuah persembahan tarian untuk mengawali resepsi pesta pernikahan Naomi dan Arif, yang dilaksanakan pada tanggal 01 Desember 2013 di Hotel Sultan, Golden Ballroom.

Kali ini tembang yang kami pilih adalah salah satu duet yang pernah hits yang dinyanyikan oleh Mariah Carey dan Brian McNight dengan judul 'Whenenver you call'.

Semoga persembahan ini dapat menjadi berkat buat teman-teman semua!

GBU,

-Rivera Monarie-

Selasa, 10 Desember 2013

Performance On-Line (Wedding Reception at Mangga Dua Square 16 November 2013)



Shalom teman-teman!

Berikut kami tampilkan cuplikan tarian yang kami persembahkan di acara resepsi pernikahan pada tanggal 16 November 2013 yang lalu di Mangga Dua Square.

Tarian yang kami bawakan kali ini adalah sebuah tembang berjudul 'At the Begining', tembang yang pernah menjadi soundtrack film animasi 'Anastasia' pada tahun 1997.

Semoga tayangan kami dapat menjadi berkat buat teman-teman semua!

GBU,

-Rivera Monarie-


Kamis, 05 Desember 2013

Clip from Mainstream School of Arts dance production 'SATU' (The Devil Dance)





Shalom teman-teman!

Di tayangan posting kami beberapa saat yang lalu, kami telah menginformasikan bahwa pada beberapa saat yang lalu tepatnya tanggal 05 November 2013, Mainstream School of Arts mengadakan pertunjukan tari tahunannya di teather kecil Taman Ismail Marzuki dengan judul 'SATU' dimana Alex berperan sebagai Lucifer.


Berikut kami tampilkan tayangan cuplikan dari pertunjukan 'SATU' yaitu 'The Devil Dance', sebuah koreografi tarian yang di koreo oleh Alex dan di tarikan bersama-sama dengan guru-guru dari Mainstream School of Arts. Tarian ini ditarikan di awal acara, yang menggambarkan kondisi alam maut tempat dimana Lucifer beserta pengikut-pengikutnya. 


DVD dari pertunjukan Mainstream School of Arts 'SATU' tersedia juga di Mainstream School of Arts gallery. Buat teman-teman yang ingin memiliki DVD tersebut, bisa menhubungi 021 626 7375.

Semoga tayangan kami dapat menjadi berkat buat teman-teman semua!






 GBU,

-Rivera Monarie-

Kamis, 17 Oktober 2013

The Lucifer in Me (Mainstrem's Dance Production 'Satu' 05 November 2013 Taman Ismail Marzuki)








Shalom teman-teman,

Lucifer, nama yang tidak asing lagi di telinga kita. Hampir seluruh dunia tau, siapa itu Lucifer. Sosok yang pernah teragung diantara malaikat-malaikat utama di kerajaan Allah, yang jatuh karena kesombongannya sendiri dan akhirnya menyeret sepertiga dari kerajaan Allah dan membentuk kerajaannya sendiri. Kerajaan yang kebalikan dari terang dan kebenaran, jauh dari pengharapan dan keyakinan.


Sosok ini akan kembali di presentasikan kedalam pagelaran tari yang di adakan oleh Mainstream School of Arts dengan judul 'Satu' yang akan di selengarakan pada tanggal 05 November 2013 di teater kecil Taman Ismail Marzuki. Pagelaran ini akan mengisahkan perjalanan seorang gadis remaja yang menjalani kehidupannya dan pada akhirnya, ia diperhadapkan oleh dua pilihan yang akan menentukan masa depannya. Tentunya seperti yang teman-teman sudah menebak, Lucifer akan berperan dalam mempengaruhi gadis tersebut dalam mengambil keputusannya.


Sosok Lucifer ini akan diperankan oleh Alex. Memerankan peran antagonis, sama beratnya dengan memerankan peran protagonis. Kali ini Alex akan ditantang untuk benar-benar mengerti dan memahami sosok dari pangeran kegelapan ini dan menfokuskan untuk menjiwai dirinya. Agak sedikit ngeri memang, karena kita akan menjiwai karakter sumber dari segala kejahatan dan sumber dari segala sesuatu yang tidak baik.

Pagelaran tari ini disamping menampilkan murid-murid tari terbaik Mainstream School of Arts, akan dimeriahkan oleh penampilan dari guru-guru tari Mainstream sendiri. Hadir juga seorang bintang tamu spesial, yang dulunya juga pernah menjadi murid Mainstream School of Arts dan pernah berkarir di bidang tari profesional dan bergabung bersama salah satu 'dance company' terbesar di Indonesia dimana ia pernah menjadi salah satu penari utamanya yaitu Citra. Citra akan memerankan gadis yang akan pada akhirnya diperhadapkan oleh dua pilihan tersebut.

Pagelaran tari ini akan di selenggarakan dua kali, pada jam 14:00Lt dan 18:00Lt. Hubungi segera di 021 626 7375 untuk pemesanan tiket


Jadi, jangan lewatkan kesempatan untuk menonton pagelaran tari spektakuler dari Mainstream School of Arts kali ini! 


GBU,

-Rivera Monarie-



Minggu, 29 September 2013

Alex's Ballet Exam

Setelah hari ini mendampingi murid-murid Mainstream School of Arts yang menjalani ujian pertengahan, jadi teringat masa dimana saya sendiri juga menjalani ujian kenaikan tingkat seperti yang pernah saya post beberapa waktu yang lalu.

Berikut adalah cuplikan dari tarian koreografi solo saya yang saya tampilkan pada saat ujian ballet 10 Maret 2013 yang lalu.





PS:
Special thanks buat Dorothea yang sudah merekam 'moment' ini


Jesus Bless,

-Alex-
Rivera Monarie

Kamis, 04 Juli 2013

Local TV 'TVRI' review on 'Peter Pan'




Shalom teman-teman!

Persembahan dari Steps dance academy 'Peter Pan' pada tanggal 09 Juni 2013 yang lalu, tak hanya mendapat liputan dari berbagai media, pertunjukan ini juga mendapat liputan dari salah satu media elektronik di Indonesia yaitu TVRI.




Berikut adalah cuplikan dari liputan TVRI mengenai pertunjukan 'Peter Pan'.


Spoiler:
Untuk pertama kalinya kostum Rivera Monarie yang dikenakan oleh tokoh 'Wendy' di tampilkan di televisi nasional.




GBU,


-Rivera Monarie-

Rabu, 03 Juli 2013

Rivera Apprentice performance "Si Volvieras" at Cindy and Sugianto's wedding 02 March 2013, GBI Mawar Saron



Shallom teman-teman!!

Diantara kesibukan berbagai pertunjukan tarian, kami hampir saja melupakan persembahan tari yang di persembahkan oleh Rivera Apprentice pada hari pernikahan salah satu penari GBI Mawar Saron yaitu Cindy dengan pasangan hidupnya, Sugianto.

Ini adalah pertama kalinya Rivera Apprentice menarikan sebuah karya tari dengan lagu "Si Volvieras" dari Josh Groban yang di koreografikan oleh Alex.

Semoga tayangan ini dapat menjadi berkat buat teman-teman semua!


GBU,

-Rivera Monarie-

FX Ballet Competition 16 June 2013


Shalom teman-teman!!

Setelah melewati beberapa pertunjukan di bulan Mei dan Juni, Alex kembali berpartisipasi dalam acara "FX Ballet Competition", sebuah kompetisi ballet yang diadakan oleh pihak manajemen FX Sudirman dalam rangka menyambut liburan sekolah anak-anak, dimana Alex mendapat kehormatan untuk diminta sebagai salah satu juri di kompetisi ini.

Kompetisi ini dibagi dua grup yaitu grup kisaran anak-anak umur 4-7 tahun dan 8-12 tahun dengan jumblah total peserta hampir sekitar 100 anak. Acara berlangsung meriah, dimana anak-anak mempersembahkan tarian yang berkisar max 5 menit dengan kreasi koreografi, tehnik dan kreasi kostum mereka yang berwarna-warni, membuat acara ini menjadi semakin menarik untuk ditonton.

Salah satu dari juri di acara ini juga adalah Kak Jasin Dionisius, salah seorang staff pengajar salah satu sekolah ballet besar di Jakarta "Sumber Cipta" dan juri yang lain adalah salah satu utusan dari managemen FX Sudirman sendiri yaitu Sdr. Bobby. Tak lupa di akhir setiap penampilan, setiap juri memberikan komentar untuk masukan buat para peserta, dengan harapan agar mereka dapat lebih lagi berkarya yang terbaik di masa depan.






GBU,

-Rivera Monarie-


Minggu, 30 Juni 2013

Dance Seminar at Gereja Pantekosta Isa Almasih, 25 May 2013 with Alex as Speaker



Shalom Teman - Teman!

Pada tanggal 25 Mei 2013 yang lalu, Gereja Pantekosta Isa Almasih mengadakan workshop untuk para pekerjanya dimana salah satunya adalah seminar tari untuk para pekerja yang bergerak di bidang pelayanan tari dan Alex, salah satu penari dari Rivera Monarie mendapat kehormatan untuk menjadi pembicara di acara tersebut.

Acara tersebut berlangsung dihadiri kurang lebih 50 peserta yang terdiri dari penari dari berbagai cabang Gereja Pantekosta Isah Almasih. Topik yang dibawakan di acara ini adalah "Profesionalism in Dancing" atau "Penari yang Profesional", topik yang pernah diangkat di salah satu artikel blog Rivera Monarie. 



Puji Tuhan, topik ini banyak mendapatkan perhatian dari para penari-penari yang hadir dan banyak mendapat tanggapan dimana di akhir acara, banyak para penari yang datang dan memberikan beberapa pertanyaan seputar pelayanan tari.


GBU,

-Rivera Monarie-




Rabu, 19 Juni 2013

The vid clips of "Peter Pan" where Alex is dancing as the "Shadow"




Shalom teman-teman!

Berikut kami sajikan cuplikan dari hasil pertunjukan produksi Steps Dance Academy "Peter Pan" yang diselenggarakan di gedung perfilm-an Usmar Ismail kemarin tanggal 09 June 2013.

Cuplikan ini adalah adegan di babak pertama yang mengambil tempat di kediaman Mr and Mrs. Darling, tepatnya di kamar tidur anak-anak mereka yaitu Wendy, John dan Michael. 

Semoga tayangan ini dapat menjadi berkat buat teman-teman yang melihat!

Spoiler:
- Baju yang dikenakan Wendy untuk produksi ini adalah salah satu kostum Rivera Monarie


GBU,

-Rivera Monarie-

Senin, 17 Juni 2013

Steps Dance Academy production of "Peter Pan" Usmar Ismail 09 June 2013




Shalom teman-teman!

Pertunjukan "Peter Pan" produksi dari Step Dance Academy yang di selenggarakan pada tanggal 09 Juni 2013 di gedung perfilm-an Usmar Ismail terlaksana dengan sukses. 

Pertunjukan yang menggabungkan berbagai macam tarian dari Ballet, Hip-Hop, Contemporary, Belly Dance, di kemas dalam sebuah koreografi yang menarik dan memukau, dan ditarikan hampir 100 penari yang dimana salah satunya adalah Alex yang berperan sebagai "Shadow" dari Peter Pan.

Pertunjukan ini juga di liput di berbagai media seperti Jurnal Nasional, Investor Daily dan njogeddotcom dan Puji Tuhan, pertunjukan ini mendapatkan review yang baik dari media-media tersebut.

Tak hanya pertunjukan ini menjadi suatu ajang dimana para penari dari berbagai latar belakang berkumpul bersama, namun pertunjukan ini juga mengawali persahabatan dan ikatan yang erat diantara para penarinya.














GBU,

-Rivera Monarie-

Senin, 03 Juni 2013

Alex in Ms. Ade Siregar's piece "Chair" perform at Cicilia Ballet School Festival, 19 May 2013 Gedung Kesenian Jakarta



Shalom teman-teman!

Berikut adalah klip dari penayangan karya Ms. Ade Siregar, ketua dari IPPB (Ikatan Pelatih dan Pengajar Ballet) dengan judul "Chair" dimana Alex ikut berpartisipasi dalam karya tersebut yang di tarikan pada tanggal 19 Mei 2013 yang lalu di Gedung Kesenian Jakarta dalam acara Cicilia Ballet School Festival.

Semoga tayangan ini dapat menjadi berkat buat teman-teman semua!

GBU,

-Rivera Monarie-

Senin, 27 Mei 2013

On Point Ballet School production "Anne & Angie...Love will find a way" (clips)




Shalom teman-teman!!

Berikut kami tayangkan cuplikan dari pertunjukan "Anne & Angie...Love will find a way" yang merupakan produksi dari On Point Ballet School pada tanggal 12 Mei 2013 yang lalu di Gedung Kesenian Jakarta.

Semoga dapat menjadi berkat buat teman-teman semua!

GBU

-Rivera Monarie-

Rabu, 22 Mei 2013

On Point Ballet School production "Anne & Angie...Love will find a way" (review)

 
 
 
Shalom teman-teman!

Seperti yang pernah disampaikan di blog kami beberapa minggu yang lalu, bahwa salah satu penari kami, Alex di undang untuk menjadi 'guest dancer' di pertunjukan ballet yang diadakan oleh On Point Ballet School "Anne & Angie...Love will find a way" pada tanggal 12 Mei 2013 yang lalu di Gedung Kesenian Jakarta.
 
 

Sungguh luar biasa dan Puji Tuhan, pementasan ini berjalan dengan sukses dan berkat pertolongan Tuhan, segala sesuatunya dapat berjalan dengan lancar dan beberapa permasalahan kecil dapat ditangani dengan baik.

Suatu koloborasi yang luar biasa antar penari yang menciptakan suatu keselarasan yang indah, dan satu kesempatan yang luar biasa buat penari kami, Alex untuk dapat berbagi pengalaman dengan penari-penari lainnya yang kebetulan juga menjadi 'guest dancers' yang dimana beberapa mereka adalah penari-penari profesional.
 


Produksi dari pementasan ini sendiri mengambil kisah disebuah kerajaan yang memiliki 2 putri kembar pewaris tahta kerajaan. Namun kedua putri kembar tersebut sempat terpisah karena salah satunya diculik oleh penyihir yang jahat, dan akhirnya mereka berdua dibesarkan di dua dunia yang berbeda. Namun oleh karena cinta dan doa dari sang bunda ratu, akhirnya mereka berdua dapat dipertemukan kembali.




GBU,

-Rivera Monarie-

Selasa, 30 April 2013

Alex as a guest dancer in "On Point Ballet School" production of: Anne & Angie...Love will find the way


Shalom teman-teman!!

Salah satu dari penari terbaik Rivera Monarie yaitu Alex akan menjadi salah satu 'guest dancer' dalam acara pementasan yang akan diselenggarkan oleh "On Point Ballet School" dengan judul: Anne & Angie....Love will find the way.




Sebuah cerita yang mengisahkan kisah petualangan dua putri kembar yang terpisah semenjak ketika mereka kecil, namun kasih lah yang akhirnya menyatukan mereka berdua kembali.

Pertunjukan ini akan terselenggara pada:

Hari               :       Minggu
Tanggal         :       12 Mei 2013
Tempat          :       Gedung Kesenian Jakarta
Jam               :      16:00Lt

Pemesanan tiket dapat menghubungi Sdr. Sammy di: 085692580005.

Get your tickets now!!!



GBU,

-Rivera Monarie-

Selasa, 09 April 2013

Ballet Exam (by: Alex)







Pada tanggal 10 Maret 2013 yang lalu, Mainstream School of Arts mengadakan ujian kenaikan tingkat ballet yang biasa diadakan setiap tahunnya. Setelah sekian lama saya sempat 'absen' dari kelas, saya memutuskan untuk mengikuti ujian ini agar saya mendapatkan sertifikat kenaikan tingkat yang dari dulu belum sempat saya kerjakan. Sejak dari akhir tahun 2012, saya mempersiapkan diri untuk menguasai semua syllabus yang akan di uji dan tentunya dengan bantuan guru saya, Miss Murni, saya diperbaiki semua tehnik tari saya yang selama ini sedikit 'berubah' karena saya jarang berlatih.

Ujian ini cukup menjadi tantangan buat saya dan semua murid Mainstream School of Arts karena pengujinya adalah Ms. Ade Siregar, ketua IPPB (Ikatan Pengajar dan Pelatih Ballet) Indonesia dimana tentunya penilaian dari beliau akan menjadi tolak ukur buat kemajuan penguasaan tehnik saya dibidang tari ballet. Pada kesempatan ini saya memberanikan diri untuk mempresentasikan tarian solo, dimana presentasi tarian adalah salah satu dari kriteria penilaian.

Puji Tuhan, beberapa minggu yang lalu hasil dari ujian tersebut dibagikan, saya lulus dengan nilai 'Honours' dan saya cukup puas mengetahui bahwa nilai praktek ballet saya salah satu yang tertinggi. Satu hal lagi yang mengejutkan adalah ketika saya diberitahu bahwa penampilan saya cukup membuat Ms. Ade tertarik untuk mengundang saya ikut serta dalam pertunjukan tarinya di GKJ (Gedung Kesenian Jakarta) pada bulan Mei mendatang dimana saya akan menari dengan penari-penari yang tingkatnya sudah lebih tinggi dari saya. Hal ini merupakan suatu kehormatan dan kesempatan besar buat saya untuk dapat ikut serta tampil dalam karya Ms. Ade dan ikut menari bersama-sama dengan penari-penari terbaiknya


Selasa, 19 Maret 2013

Rivera goes to Semarang

Shalom teman-teman!

Pada tanggal 12 Maret 2013 yang lalu, Rivera mendapat sebuah kehormatan untuk diundang ke salah satu gereja besar di Semarang yang memiliki sebuah tim tari yang bernama d'Creative Kingdom untuk mengadakan pelatihan dasar tari yang dalam hal ini, tari ballet.


Pelatihan yang dihadiri oleh 15 peserta, diawali dengan sedikit seminar singkat yang dibawakan oleh Alex yang membahas tentang penari yang profesional, sebuah topik bahasan yang juga pernah dibahas di blog Rivera lalu dilanjutkan dengan pengenalan dasar-dasar pemanasan dengan harapan para penari mengerti mengapa perlu dilakukan pemanasan sebelum melakukan aktifitas tari dan dapat melakukannya dengan benar.

Kemudian kami melanjukan dengan perbaikan tehnik dasar tari ballet dengan dibantu oleh Citra, salah satu penari Rivera Monarie. Acara ini berlangsung seharian, dengan di selingi 'break' makan siang dan berakhir sore hari.


Sebuah pengalaman yang luar biasa dimana kami bisa berkunjung ke Semarang dan bertemu dengan teman-teman pelayanan tari di sana dimana kami dapat membagikan ilmu dan pengalaman ke mereka dengan harapan agar apa yang kami persembahkan dapat menjadi sesuatu yang berguna untuk perkembangan pelayanan tari mereka di masa yang akan datang.

Pesan kami untuk teman-teman di d'Creative Kingdom, tetaplah berkarya dalam Kristus Yesus, selalu memberikan yang terbaik untuk kemuliaan nama-Nya, dan jadilah berkat untuk semua orang!


GBU,

-Rivera Monarie-

Kamis, 28 Februari 2013

Performance On-Line "Need Thee Every Hour" (Alex's solo piece)







Shalom teman-teman!

Kali ini kami akan menampilkan sebuah karya tarian solo (solo piece) dari lagu "Need Thee Every Hour" yang dikoreografikan dan ditarikan sendiri oleh Alex.

Awal terciptanya tarian ini terdorong dari lagu "Need Thee Every Hour" itu sendiri. Dimana lagu ini terkesan sederhana, namun lirik dan kata-katanya yang cukup dalam, lebih mencerminkan sebuah doa atau sebuah pengingat buat kita masing-masing, bahwa kita butuh Dia....setiap waktu, setiap jam, kita butuh Dia. Dia-lah yang akan menuntun kita kepada kebenaran, Dia-lah yang akan memberikan jalan keluar. Kita butuh Dia, kita butuh Yesus dalam hidup kita. Setiap saat, setiap jam.

Semoga karya tarian solo ini dapat menjadi berkat buat teman-teman semua!


GBU,

-Rivera Monarie-

Selasa, 19 Februari 2013

Happy birthday Miss Murni!!!



Shalom teman - teman!

Tepat pada tanggal 17 Febuari 2013 yang lalu, Miss Murni, salah satu staff pengajar di Mainstream School of Arts merayakan hari ulang tahunnya.

Kepada Miss Murni, kami dari Rivera Monarie mengucapkan selamat ulang tahun, semoga Tuhan selalu memberkatinya di segala hal!!


GBU,

-Rivera Monarie-

Selasa, 29 Januari 2013

Miss Murni by: Alexander S M




Masih melekat di benak saya pertama kali saya mendaftarkan diri di Mainstream School of Arts pada tahun 1998. Awalnya saya mendaftarkan diri untuk mengikuti kelas Tamborin. Saya masih ingat, pertama kali kelas saya diajarkan oleh Miss Lulu. Kemudian ditangani oleh Kak Elsye, dan sempat ditangani juga oleh Kak Lusi sampai pada tahap intermediate. Pada tahap intermediate, kelas saya beberapa kali sempat ditangani oleh Kak Lily, yang pada saat itu menjabat sebagai kepala sekolah dan akhirnya ketika masuk ke tahap advance, kelas saya mulai ditangani oleh Miss Murni. Pada waktu itu juga saya sempat mengambil kelas ballet basic, yang waktu itu masih diberi nama “Worship Workshop” yang dimana pada waktu saya memasuki tahap intermediate, kelas saya juga ditangani oleh Miss Murni. 

Saya masih ingat betul perjumpaan pertama saya dengan beliau. Rambutnya terkuncir satu di belakang kepala, ia mengenakan seragam Mainstream, yaitu kaos putih yang ada lambang Mainstream School of Arts di bagian dada sebelah kanannya, dan juga leotard hitam, make-up lengkap menghiasi wajahnya yang kemudian akhirnya saya tahu bahwa hal itu merupakan ‘trade mark’ dari Miss Murni.

Awal perjumpaan saya dengan beliau, ia terkesan anggun dan keras. Membuat saya teringat akan tokoh di komik atau cerita ballet, di mana hampir selalu digambarkan bahwa guru ballet itu keras.


Tak kenal maka tak sayang, ungkapan yang tepat yang bisa saya ungkapkan sekarang apabila saya mengingat kembali kejadian itu. Setelah berjalan beberapa lama kelas kami di latih oleh beliau, barulah kami bisa melihat sisi lain darinya. Memang, beliau terkenal keras, tidak main-main, disiplin tinggi. Namun di balik itu semua, Miss Murni adalah sosok guru yang bisa menjadi panutan buat para murid-muridnya. Ia cukup detail dalam mengajarkan setiap tehnik tari kepada kami. Ditambah pengalamannya di bidang pelayanan tari yang pada saat itu sudah hampir 10 tahun, ia juga banyak membagikan ke kami murid-muridnya, pengalamannya dan nasihat-nasihatnya yang dimana nasihat-nasihat tersebut masih menjadi pegangan saya pribadi.

Dari dialah saya juga mendapat ilmu tak hanya ilmu tentang seni tari, tapi juga ilmu tentang seni itu sendiri. Dengan pengetahuannya yang didapat ketika ia kuliah di Universitas Trisakti jurusan design grafis, ia banyak mengajarkan apakah seni itu, kreativitas, bagaimana kita bisa menilai suatu seni, bagaimana kita melihat suatu kreativitas, bagaimana kita bisa memahami seni, dan sebagainya.

Salah satu contoh ilmu yang saya dapatkan darinya adalah pemahaman tentang koreografi dan composisi warna. Mungkin beberapa dari teman-teman yang pernah membaca artikel di blog saya mengenai perlombaan tari yang pernah saya dan grup yang saya ikuti pada waktu itu yang bernama: “Bunga dan Kaisar”, perlomban yang bernama: “Lomba Cipta dan Koreografi II” pada tahun 2002, dimana kami ikut di satu kategori tarian “Worship”. Saya pernah bercerita bahwa ada sedikit miskomunikasi dalam hal pembuatan kostum tersebut. Kami cukup kaget ketika kostum tersebut datang diantarkan ke kami pada pertama kalinya karena ternyata warna dari kostum tersebut tidak sesuai dengan design awal. Kami sempat panik, tapi Miss Murni hanya diam dan berfikir sejenak. Akhirnya setelah beberapa saat, ia berkat: “Jangan khawatir, kalau saya lihat lagi, warna kostum ini memang sangat keras, tapi efeknya akan terlihat bagus diatas panggung. Coba kalian pakai”. Akhirnya kita semua memakai kostun tersebut dan mencoba bloking tarian dengan kostum tersebut. Kembali ia berkata: “Ya, saya yakin, warna ini justru akan terlihat bagus di panggung!” dan ternyata memang benar, kostum tersebut cukup terlihat ‘outstanding’ di hari kami berlomba di atas panggung.

Selang beberapa hari setelah hari pertandingan, kami kembali membahas tentang warna kostum tersebut. Dari situ saya banyak belajar dengan dia tentang warna, bagaimana efeknya di atas panggung, bagaimana kita memilih warna dan menyelaraskannya dengan tariannya yang akan kita bawakan, dan sebagainya.

Awalnya, saya tidak terpikir sampai sejauh itu. Saya hanya terpatok pada warna apa yang bagus dan model dari kostum yang seperti apa yang kira-kira selaras dengan warna yang saya design. Namun dari Miss Murni lah saya mulai terbuka wawasan saya tentang keterkaitannya satu bentuk seni dengan komposisi di dalamnya. Seperti misalnya pada seni tari, bagaimana suatu komposisi seni tari bisa begitu selaras baik dari segi design, warna, lagu yang akan ditarikan dan juga koreografi tarian itu sendiri.

Berbicara tentang koreografi, saya juga belajar banyak dari Miss Murni dan beberapa kali saya juga mendapatkan masukan dari Kak Lily. Miss Murni membantu saya untuk membuka wawasan saya tentang komposisi koreografi, bagaimana kita bisa menuangkan suatu koreografi kedalam bentuk suatu tarian dan bagaimana sebuah koreografi tarian itu bisa sangat luas penjabarannya. Contoh sebuah masukan dari beliau yang sampai sekarang menjadi ‘panduan’ saya ketika saya mengkoreografikan sebuah tarian adalah: “Jangan terpaku pada rutinitas, belajar melihat keluar dari batasannya yang ada. Saya beri contoh, apakah tarian selalu harus ditarikan oleh penari dengan menghadap ke penonton? Bisa kah kita menari dengan menghadap ke kanan? Atau ke kiri? Atau bahkan membelakangi penonton? Atau justru sesama penari saling berhadap-hadapan? Atau justru saling membelakangi satu sama lain? Haruskah kita menari selalu sejajar dengan teman-teman kita di samping kita? Atau bisa salah satu maju dan kamu yang mundur? Atau sejajar ke depan?”.

Sebagai seorang pelayan Tuhan yang bergerak di bidang pelayanan tari, tentu saja selain mengajarkan seni dan kreativitas dalam dunia tari, Miss Murni juga banyak memberikan saya masukan tentang pelayangan tari, nilai-nilai seorang penari Kristen, dan bimbingan dalam hal spriritual. Tak henti-hentinya ia selalu mengingatkan saya akan 3 hal utama, yaitu kerendahan hati, penguasaan diri, dan penundukan diri pada otoritas. Saya akui di awal-awal pelayanan saya di dunia tari, saya cukup keras dan cukup vokal. Namun saya bersyukur Tuhan mempertemukan saya dengan dia. Ia cukup sabar dalam mengontrol watak saya dan tak henti-hentinya ia memberikan banyak perumpamaan di Alkitab yang akhirnya bisa membuat saya lebih bisa menge’rem’diri saya sendiri.

Satu hal yang ia ajarkan yang masih saya ingat sampai sekarang adalah hal memberikan yang terbaik, dimana ia juga mengajarkan nilai-nilai penari Kristen. Perumpamaan yang pernah ia ajarkan yang sampai saat ini masih saya ingat adalah: “Andai kamu saya undang ke rumah saya untuk saya jamu makan, namun ketika kamu sampai di rumah saya, saya sedang masih sibuk berkebun dengan tangan saya yang belepotan tanah. Lalu saya ajak kamu masuk kerumah, dan saya siapkan makanan dengan tangan saya yang masih belepotan tanah. Kira-kira mau ngak kamu makan makanan yang saya sediakan? Walaupun kamu tau, makanan itu sudah saya siapkan sedemikian rupa dan dengan ketulusan?”. Saya menginterpretasikan perumpamaan tersebut dengan kondisi para penari Kristen yang sempat saya lihat di sekeliling saya. Dimana beberapa penari Kristen yang kebetulan saya kenal selalu mengatas namakan Tuhan, dan berbicara tentang hati, namun tidak pernah mau latihan, tampil menari di kebaktian dengan rambut acak-acakan, baju berantakan, datang terlambat, dan sebagainya tapi selalu bersembunyi dibalik kedok: “Ah, biar saja rambutku acak-acakan, kan Tuhan melihat hati saya….biar saja bajuku acak-acakan, kan Tuhan melihat hati…” dan seribu satu alasan yang akhirnya menjadi pembenaran dengan mengatas namakan “Tuhan melihat hati”.


A teacher affects eternity; he can never tell where his influence stops.  
~Henry Brooks Adams



GBU,

-Rivera Monarie-

Senin, 28 Januari 2013

Menjadi Penari Terbaik by: Alexander S M




Sejak berkembangnya pelayanan tari di kalangan gereja, mengakibatkan makin besar tuntutan yang di limpahkan ke para penari gereja baik dari segi tehnik maupun segi penampilan atau ‘performance’. Makin banyak para penari-penari gereja yang rindu untuk meningkatkan tehnik dan kreativitas demi memberikan yang terbaik buat gereja mereka. Hal ini cukup baik, karena memang sebagai anak-anak Tuhan, kita harus memberikan yang terbaik untuk Nya, karena Dia berhak mendapatkan yang terbaik. Namun satu hal yang saya perhatikan, ada satu kecenderungan dimana beberapa penari-penari gereja yang pernah saya kenal, nampaknya berjalan tanpa tujuan yang tepat. Mereka nampaknya hilang dalam kehausan mereka sendiri akan peningkatan tehnik dan penampilan tarian mereka.

Saya mengambil satu contoh kasus yang pernah saya hadapi, dimana ada salah seorang penari yang belajar di sekolah tari dimana saya belajar yaitu Mainstream School of Arts yang akhirnya memutuskan belajar juga di sekolah tari ballet sekuler yang cukup terkenal karena ia merasa kurang mendapatkan kebutuhan yang diinginkan dari Mainstream School of Arts.

Kebetulan belakangan ini saya di ajak oleh salah satu teman saya yang kebetulan seorang penari ballet klasik, untuk ikut sebuah kelas perkenalan atau ‘trial class’ di sebuah sekolah ballet yang baru saja buka di daerah Jakarta Selatan. Kebetulan salah seorang gurunya adalah guru dari sekolah ballet sekuler yang dimana salah satu penari yang saya ceritakan diatas belajar ballet. Singkat cerita, saya mengikuti kelas ballet tersebut dari awal hingga akhir. Hal-hal yang di ajarkan tidak jauh berbeda dengan apa yang saya dapatkan di Mainstream School of Arts. Ada satu sesi dimana ini menjadi pengalaman yang lumayan lucu buat saya. ‘Turn out’ kaki saya diperbaiki oleh gurunya dengan cara memutar kaki saya sehingga lutut saya menghadap keluar. Hal ini membuat saya teringat kembali beberapa tahun dulu, di awal-awal ketika saya belajar dasar ballet dengan Miss Murni. Dengan cara yang sama dulu dia memutar kaki saya untuk mengajarkan saya posisi kaki ‘turn out’ yang benar. Pada saat itu saya langsung berpikir: “Andai saja Miss Murni melihat kejadian ini, dia pasti akan tersenyum simpul sambil berkata: benar kan yang saya ajarkan dulu?!” dan akhirnya membuat saya tersenyum sendiri. Semua ‘basic ballet’ yang pernah saya pelajari baik dari segi tehnik dan pengetahuannya kurang lebih sama, hanya saja di pengembangan silabus nya saja yang sedikit berbeda.




Bahkan di akhir kelas, saya mendapatkan suatu apresiasi dari sang guru. Ia memuji style ‘classical ballet’ saya dan cukup kagum dengan tehnik tari saya. Sempat guru tersebut bertanya kepada saya siapa guru saya dan dari sekolah ballet mana saya belajar dan tentunya saya menyebut Mainstream School of Arts dan memperkenalkan Miss Murni sebagai guru saya. Komentar dari sang guru tersebut yang cukup membuat saya terkesan adalah: “Guru kamu tentu seorang pengajar yang baik, karena hasilnya di kamu cukup baik”.

Saya sempat berfikir, betapa ironis nya keadaan ini. Semuanya seperti berputar-putar dalam satu lingkaran. Kembali kepada mantan murid Mainstream School of Arts yang mengambil keputusan untuk belajar ballet di sekolah sekuler, dimana guru sekolah ballet sekuler tersebut memuji guru Mainstream School of Arts. Sempat terlintas di benak saya sebuah pertanyaan: Apakah yang ia dapatkan di sekolah ballet lain yang ia tidak dapatkan di Mainstream School of Arts? Bagaimana mungkin apa yang ia rasa dia dapatkan di sekolah ballet lain, namun guru di sekolah ballet yang sama memberikan apresiasi kepada guru Mainstream School of Arts?


Saya mengambil kesimpulan, bahwa pada dasarnya semua kembali kepada diri penari atau diri murid masing-masing. Tehnik tari ballet dimana-mana sama. Posisi badan harus tegak, pundak turun kebawah, dagu tahan di posisi sejajar, garis leher harus sejajar dengan haris tulang belakang, posisi kaki ‘turn out’ dengan tehnik lutut mengadap kearah yang berlawanan dengan cara memutar paha dari bongkol tulang yang terhubung di tulang panggul. Posisi kaki di 1st, 2nd, 3rd, 4th dan 5th position. Begitu juga dengan posisi tangan. Walau mungkin tehnik pengajaran tiap masing-masing guru berbeda dalam cara mengajarkannya ke murid.

Kita kembali lagi ke pembahasan dimana banyak para penari gereja yang akhirnya sepertinya ‘wara-wiri’ berputar-putar, mencari-cari tempat sekolah tari, dimana ia bisa meningkatkan kualitas tarinya dengan mengejar belajar di sekolah-sekolah tari yang terkenal. Hal ini tidak salah, justru hal ini baik. Namum apabila dari diri kita sendiri tidak memiliki kedisiplinan dan ketaatan untuk diajar oleh pengajar kita, dimanapun kita belajar, baik disekolah tari yang sangat terkenalpun di muka bumi ini, kualitas tehnik tari kita tidak akan berkembang dan kita tidak akan bisa menjadi penari yang terbaik.

Hal lain yang akhirnya menyebabkan para penari gereja yang pada akhirnya terkesan ‘hilang’ dalam kehausannya untuk menaikan tehnik tarinya adalah ketidak tekunan si penari itu sendiri dalam mendalami tarian. Kebanyakan dari mereka terbias oleh nama sebuah sekolah tari yang terkenal atau sebuah nama pengajar yang terkenal, atau sebuah grup tari terkenal, dengan harapan apabila mereka belajar di sekolah tersebut, atau diajar oleh orang tersebut atau masuk dalam grup tersebut, mereka juga akan menjadi sama ‘hebat’nya. Mereka tidak terpikir, bahwa sekolah tari, atau pengajar, atau grup yang terkenal tersebut, mereka semua tidak mendapatkannya dengan instant. Mereka juga menjalaninya dengan ketekunan hingga mencapai posisi yang mereka dapatkan sekarang.

Memberikan yang terbaik untuk-Nya, adalah suatu hal yang harus kita lakukan. Namun jangan sampai hal tersebut membuat kita menjadi tersesat di tengah jalan, yang bisa merubah motivasi kita menjadi berbeda dari movitasi awal kita. Disamping kita mencari pengajaran yang terbaik untuk menjadi penari yang lebih baik lagi, hendaknya kita juga belajar untuk disliplin, taat pada pengajaran yang kita dapatkan dan tekun dengan apa yang kita pelajari. 


GBU,

-Rivera Monarie-