Senin, 03 Maret 2014

Mainstream School of Arts....tempat semuanya itu berawal



"...memuji-muji nama-Nya dengan rebana dan tari-tarian, itulah yang saya ingin saya lakukan"


Pada awalnya ketika saya terpanggil untuk masuk kedalam pelayanan tari-tarian, saya sangat tertarik dengan tarian rebana. Itulah sebabnya saya putuskan untuk belajar rebana di Mainstream School of Arts, salah satu pioneer sekolah tari Kristen. Saya sempat merasa bahwa itu saja sudah cukup, sampai saya berbincang-bincang dengan salah satu senior tari di Mainstream School of Arts, dan dia menyarankan saya untuk juga mengambil semua jenis tari, terutama ballet, yang akhirnya saya mengikuti saran tersebut.

Dalam artikel sebelumnya, saya sudah sempat membahas mengenai memori saya selama belajar di Mainstream School of Arts, dimana dibawah asuhan Ms. Murni saya mendapatkan pelajaran secara detail mengenai tehnik tari ballet yang benar. Tak hanya itu juga, di Mainstream School of Arts juga saya belajar mengenai karakterisasi seorang penari, hal yang sampai pada detik ini masih saya junjung tinggi. Dari hal mengenai cara berpakaian ketika latihan, mengenakan kostum, sikap saat sebelum pentas, dan sebagainya.

Pada tahun 2005, saya mendapat kesempatan untuk ikut dalam pagelaran tari tahunan yang di selenggarakan oleh Aderayanti Ballet School. Masih ingat di benak saya, ketika Om Welly, owner dari Aderayanti Ballet School sempat bercanda ketika melihat saya melakukan 'spring point' dengan berkata kepada murid-muridnya: "Tuh, lihat! kak Alex saja yang laki-laki kakinya bisa point tuh! ayo kalian juga point nya yang betul!". Juga pada saat pentas, saya sudah terlatih untuk bisa mengenakan make-up sendiri, mengurus kostum sendiri, dan memperbaiki kostum sendiri selama saya belajar di Mainstream School of Arts, karean hal itu yang ditanamkan oleh para pengajar-pengajar saya disana, bahwa pada dasarnya kita sebagai penari harus bisa sigap dan cekatan, sehingga tidak merepotkan orang lain. Itu juga yang membuat mereka nyaman untuk menari dengan saya, karena saya tidak merepotkan mereka dan mereka pun melihat hal tersebut sebagai suatu yang positif dari diri saya.

Tahun 2013 adalah tahun awal dimana Tuhan mulai membukakan jalan buat saya untuk melihat dunia tari diluar dunia tari Kristen. Diawali ketika saya ikut ujian kenaikan tingkat ballet di Mainstream School of Arts dimana pengujinya adalah Ms. Ade Siregar, ketua dari IPPB (Ikatan Pengajar dan Pelatih Ballet). Puji Tuhan, pada saat itu performa saya cukup untuk membuat Ms. Ade terkesan sehingga ia tertarik untuk mengikut sertakan saya dalam sebuah karya tari di pertunjukan tari sekolah ballet-nya. Di tahun yang sama, saya juga di kenalkan ke sekolah tari 'Steps Dance Academy' yang berlokasi di FX Sudirman, oleh salah satu rekan penari saya yang pernah menari bersama-sama dengan saya di Aderayanti Ballet School, dimana akhirnya saya ikut berpartisipasi dengan pertunjukan besar mereka di tahun 2013 'Peter Pan' dan tahun ini yang baru saja diselenggarakan bulan lalu dalam rangka menyambut bulan kasih sayang, 'Season of Love'. Disana saya bertemu dengan Kak Jasin, seorang penari ballet pria senior dari sekolah ballet 'Sumber Cipta', yang merupakan salah satu pioneer sekolah ballet terbesar di Indonesia.

Sejak itu, saya mulai dipertemukan dengan orang-orang yang memang pakarnya di dunia seni tari, terutama tari ballet dan saya belajar banyak hal dari mereka. Hal-hal yang saya tidak pernah temukan di dalam dunia tari Kristen, dan saya bersyukur kepada Tuhan untuk memberikan kesempatan ini kepada saya yang dimana saya yakin, tujuannya adalah untuk terus membangun dunia tari Kristen demi kemuliaan nama-Nya.

Tahun ini, saya kembali bersyukur bahwa Tuhan kembali memberikan saya kesempatan yang luar biasa untuk bisa berpartisipasi di pementasan dua sekolah ballet terbesar di Indonesia yaitu Sumber Cipta dan Namarina, dimana saya bisa berkesempatan untuk dapat menari bersama-sama dengan penari-penari terbaik di Indonesia.

...dan semua itu berawal dari satu keinginan, hanya untuk belajar tari di Mainstream School of Arts.


-Alex-



Tidak ada komentar: