Pada artikel sebelumnya, kita sudah membahas bahwa tari ballet cukup mempunyai pengaruh besar pada perkembangan tarian gereja. Tak hanya pada orang dewasa, sekarang ini cukup banyak gereja - gereja yang melibatkan anak-anak dalam pelayanan tari dan juga menggunakan tehnik-tehnik dasar ballet dalam koreografi.
Namun sayangnya, seperti juga yang pernah kita bahas dalam artikel sebelumnya, dalam hal ini juga banyak ditemukan sistem atau tehnik pengajaran yang salah. Perlu kita pahami bahwa anak diibaratkan seperti sehelai kertas putih. Apabila ada setitik saja noda tinta, atau noda apapun, walaupun kecil, noda itu akan tetap terlihat jelas dan akan terus berada disitu. Mungkin akan gampang untuk menghapusnya, namun bisa juga sulit untuk membuatnya benar-benar hilang. Itulah sebabnya, perlu kita benar-benar memberikan perhatian extra dalam hal yang berhubungan dengan anak-anak.
Pengenalan Ballet Pada Usia Dini
Umumnya, tari ballet akan lebih baik diperkenalkan kepada anak pada usia dini. Untuk tolak ukur umur yang biasa dipakai sebagai penentuan kapan seorang anak dapat mulai belajar tari ballet adalah di usia 4 sampai 4,5 tahun. Ini dikarenakan karena pada usia ini, otak si anak sudah dapat berkonsentrasi dan mulai bisa mengkoordinasikan gerakan tubuhnya dan belajar menyelaraskannya ke musik.
Pada usia ini pun, pembelajaran tehnik ballet masih sangat minim. Dikelas, mereka hanya baru belajar melatih otot-otot motoriknya, seperti melompat, melancipkan kaki dan me-releks kan ujung kaki (flex point), berlari, berjinjit, bertepuk tangan, flexibility seperti split atau buka kaki ke samping, dan lebih banyak pengenalan akan musik. Ini dilakukan dengan harapan otot anak-anak tersebut di kemudian hari dapat terbiasa melakukan tersebut dalam sebuat koreografi tari. Pada usia ini, anak - anak ini masih belum bisa di harapkan banyak untuk dapat mempertunjukan sebuah tarian koregrafi di sebuah pertunjukan tari atau di kebaktian. Ini dikarenakan memori mereka akan koreografi juga masih belum bisa di andalkan. Andaipun mereka akan tampil menari, mereka akan perlu bantuan guru mereka untuk membimbing mereka karena bisa saja mereka hilang konsentrasi tiba-tiba di atas panggung dan lupa semua gerakan yang sudah di pelajari atau mereka shok dengan kondisi panggung dimana banyak orang melihat yang terkadang bisa membuat mereka menangis ditempat.
Penerapan Tehnik Dasar Ballet
Umur 6 - 8 tahun adalah umur yang cukup pas untuk seorang anak mulai mempelajari dasar-dasar tehnik ballet. Pada umur ini, anak sudah memiliki kemampuan untuk mengontrol penggerakan kaki dan tangan dan sudah mulai familiar dengan ketukan musik. Pada umur ini juga anak sudah dapat dipercayakan untuk menampilkan sebuah tarian koreografi karena anak pada umur ini sudah dapat belajar disiplin dan mandiri.
Pola koreografi untuk sebuah penampilan tarian pada anak umur ini juga harus disesuaikan dengan kemampuan dan umur mereka. Maksudnya, karena mereka masih anak-anak, hendaklah kita mengkoregrafikan tarian untuk mereka dengan tarian yang dapat mereka cerna dan mereka nikmati. Contohnya, kita dapat mencari lagu-lagu yang riang, terlebih lagi apabila lagu tersebut ada liriknya yang dinyanyikan oleh anak-anak juga. Dengan begitu, mereka tidak merasa asing dengan lagu yang mereka tarikan dan mereka bisa menikmati dan mengekspresikan lagu tersebut dengan tariannya.
Banyak didapati beberapa gereja mengjarakan tarian atau koreografi tarian untuk anak-anak, namun tidak sesuai dengan umur dan kemampuan mereka. Misalkan yang sering didapati dikoreografi tari anak di gereja, gerakan grand battement (tendangan kaki lurus lancip baik ke depan, samping maupun belakang), mengangkat kaki 90' atau menahan kaki di depan, samping atau belakang (develope' devant, a'la second, arabesque), loncat dengan satu kaki dan kaki lainnya di belakang (pose temps leve in arabesque). Memang untuk di sekolah ballet sekuler, beberapa dari murid mereka dengan umur yang sama sudah di ajarkan beberapa tehnik gerakan ballet tersebut. Namun, jarang untuk diimplimentasikan kedalam tarian koregrafi untuk pementasan atau pertunjukan. Gerakan-gerakan ini merupakan gerakan untuk anak dengan usia dan tingkat yang lebih lanjut dan sangat tidak cocok untuk masukan kedalam pola koreografi tarian anak.
Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengingat gerakan motorik otot di otak atau yang biasa disebut dengan 'muscle memory'. Untuk anak yang belum mampu melakukan gerakan-gerakan yang belum sesuai dengan umurnya atau kemampuan mereka, ditakutkan mereka akan melakukannya dengan tehnik yang salah, dan tehnik yang salah itu lah yang akan terekam di otaknya sampai nanti dia dewasa. Hal ini dapat mempersulit anak tersebut untuk memperbaiki tehniknya karena ototnya sudah terbiasa melakukan tehnik yang salah yang sudah terekam di otaknya. Terlebih lagi apabila si guru yang bersangkutan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam hal mengajar tarian ballet, sehingga kesalahan si murid tidak terdeteksi oleh si guru dan tidak diperbaiki dari awal. Atau, karena memang gurunya juga tidak memiliki pendidikan tari ballet yang cukup, dia sendiri juga tidak tau kalau si murid salah dalam melakukan tehniknya dan tidak tahu cara memperbaiki si murid yang bersangkutan.
Cermin, Bar (Barre) dan Musik
Ketiga elemen ini sangat penting dalam proses pengajaran tehnik ballet kepada anak. Anak atau murid perlu melihat dengan mata kepala sendiri bentuk atau tehnik yang di ajarkan oleh guru. Contohnya, pada saat kita mengajarkan posisi tangan 5th possition pada anak, mereka perlu melihat bentuknya dikaca sehingga mereka bisa mengkoordinasikan otot mereka dan mengingat, otot mana saja yang perlu bekerja untuk dapat membuat posisi tangan 5th possition itu. Apabila tidak ada kaca, si anak bisa jadi tidak sadar kalau tangannya mulai turun karena kelelahan, sehingga posisi tangan 5th possition-nya menjadi kendur dan berubah bentuk dan ia tetap merasa melakukan posisi tangannya dengan benar. Maka posisi tangan yang kendur itu lah yang akan terekan dalam 'muscle memory' nya.
Karena tarian ballet banyak menggunakan tehnik keseimbangan tubuh dengan berdiri dengan satu kaki, maka bar (barre) sangatlah penting dalam proses pengajaran tari ballet terhadap anak. Dengan bar (barre) anak dapat berpegangan dan menjaga keseimbangannya selama ia mempraktekan tehnik ballet. Contohnya, kita mengajarkan anak untuk point ke depan (battement tendu devant). Apabila tanpa bar (barre) si anak tersebut tidak bisa berpegangan, dan karena ia belum terlatih untuk mengontrol posisi tubuhnya dimana panggul nya harus tetap dalam posisi 'square' selama melakukan point ke depan (battement tendu devant), maka ototmatis ia akan menyesuaikan bentuk panggulnya agar tubuhnya tetap seimbang. Hal ini dapat menyebabkan otaknya akan terus merekam posisi panggul nya yang tidak 'square' setiap kali ia melakukan gerakan point ke depan dan akan di perparah apabila tidak ada kaca dimana ia bisa melihat posisi panggulnya sendiri.
Yang terakhir, setelah kita sudah belajar semua tehnik tari ballet baik di bar (barre) maupun melihat kedalam cermin, saatnya murid belajar untuk mengsinkronisasikan tehnik-tehnik tersebut dengan musik. Hal ini agar mempertajam murid dalah bidang 'musicality' nya.
-Rivera Monarie-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar